Jepang dan Inggris Tergelincir ke Jurang Resesi, Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Jepang dan Inggris Resesi

Jepang dan Inggris tergelincir ke jurang resesi. Saat ini, Jepang kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Posisi ini digantikan oleh Jerman yang juga tengah mengalami tekanan ekonomi yang luar biasa. 

Jepang melaporkan kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut pada Kamis (15/2/2024) lalu. Kondisi ekonomi Jepang pada kuartal 2023 turun 0,4% secara tahunan. Sebelumnya, pada Q3 pada 2023 pertumbuhan perekonomian Jepang berada pada angka -3,3%. Laporan PDB terbaru Jepang jauh meleset dari estimasi, yakni tumbuh sebesar 1,4%. Sepanjang tahun 2023 PDB nominal Jepang tumbuh sebesar 5,7%. 

Tak berbeda jauh dengan kondisi perekonomian Jepang, Inggris pun telah memasuki resesi secara teknikal. Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan pertumbuhan ekonomi Inggris pada Q4 2023 menyusut hingga 0,3%, melanjutkan kontraksi pada periode sebelumnya, yaitu 0,1%. Tiga sektor utama ekonomi Inggris mengalami kontraksi pada Q4 2023, yaitu sektor jasa mengalami penyusutan sebesar 0,2%, sektor produksi sebesar 1%, dan sektor konstruksi sebesar 1,3%. Sementara itu, secara keseluruhan pada tahun 2023, ekonomi Inggris diestimasi hanya akan tumbuh sebesar 0,1%, dibanding tahun 2022. 

Baca juga: 4 Cara Melindungi Portofolio Trading dari Resesi 

Apa Pengaruhnya untuk Indonesia?

Jepang selaku salah satu mitra dagang utama Indonesia. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke empat di Indonesia. Hal ini terhitung dari Januari 2024, nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai $1,4 milliar dollar atau setara dengan 2,78 triliun rupiah. 

Di samping itu, untuk Inggris sendiri tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kondisi perekonomian untuk Indonesia lantaran porsi perdagangan Indonesia terhadap Inggris tidak sebesar Jepang, China dan Amerika Serikat. Hal ini pun diperkuat dengan penjelasan dari Eko Listiyanto selaku Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) bahwa masuknya Jepang dan Inggris ke jurang resesi memiliki dampak yang tidak langsung terhadap Indonesia karena kedua negara ini termasuk dalam kelompok 20 (G20).

Walaupun begitu, Pemerintah Indonesia tetap melakukan antisipasi terhadap kondisi ekonomi pada dua negara ini. Lalu, apa saja antisipasi Indonesia dalam menghadapi kondisi Jepang yang sedang diambang jurang resesi ini? 

 

Antisipasi Indonesia dalam Menghadapi Resesi Jepang-Inggris

Dilansir dari IDX Channel, pemerintah RI mengambil langkah antisipasi dalam menghadapi perlambatan ekonomi yang sedang dialami oleh Jepang dan Inggris. 

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk Satgas Peningkatan Ekspor. Selain itu, pemerintah juga sedang meningkatkan upaya dalam menyelesaikan berbagai perundingan dagang guna memperluas akses pasar Indonesia terhadap perdagangan global. 

Susiwijono Moegiarso, selaku Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menjelaskan bahwa saat ini Satgas Peningkatan Ekspor sedang berfokus memperluas pasar dengan menggenjot penyelesaian perundingan perjanjian, terutama Indonesia-EU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Partnership Agreement), peluang Indonesia masuk blok perdagangan CPTPP (The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership), dan aksesi Indonesia menjadi anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). 

 

Kesimpulan:

Pemerintah RI sudah melakukan upaya sesuai dengan tupoksinya agar kondisi perekonomian Indonesia tidak begitu berdampak pada kondisi resesi pada Jepang dan Inggris. Kita selaku pelaku pasar coba untuk lebih hati-hati dalam menggunakan uang di situasi perekonomian yang sedang dipenuhi ketidakpastian ini. 

Senantiasa gunakan uang dingin untuk berinvestasi atau trading untuk dapatkan cuan maksimal. Jangan lupa untuk Download Ebook TPFx dan jadilah trader andal hanya dalam satu genggaman. 

Mau jadi trader andal dengan cuan maksimal? Yuk, klik langsung di sini!

image-artikel

Popular Jurnal