Cara Trading Dengan CCI Yang Wajib Anda Tahu

Dalam dunia trading, banyak indikator teknikal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang trading yang menguntungkan. Salah satu indikator yang populer adalah Commodity Channel Index (CCI). CCI adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kelebihan atau kekurangan harga dari rata-rata pergerakan historisnya. Dengan memahami cara trading dengan CCI, Anda dapat memanfaatkan sinyal-sinyal yang dihasilkan oleh indikator ini untuk mengoptimalkan keputusan trading Anda. 

Dalam artikel ini, kami akan membahas langkah-langkah dan strategi yang penting untuk diterapkan dalam trading dengan menggunakan CCI. Dari mengidentifikasi kondisi overbought dan oversold hingga mencari sinyal divergensi, mari kita jelajahi bersama cara trading dengan CCI yang wajib Anda ketahui untuk meningkatkan potensi profitabilitas dalam trading Anda.

Cara Membaca Indikator CCI

Indikator Commodity Channel Index (CCI) adalah salah satu alat analisis teknis yang digunakan untuk membantu trader mengidentifikasi kondisi pasar yang overbought (terlalu banyak pembeli) atau oversold (terlalu banyak penjual). CCI mengukur perbedaan antara harga aset dan rata-rata pergerakan harganya dalam jangka waktu tertentu. Berikut adalah cara membaca indikator CCI:

  1. Pengaturan Indikator: Setelah memasang indikator CCI pada platform trading Anda, Anda perlu mengatur periode waktu yang akan digunakan untuk perhitungan CCI. Umumnya, periode default yang digunakan adalah 14, tetapi Anda dapat mengubahnya sesuai dengan preferensi Anda atau sesuai dengan strategi trading yang Anda gunakan.
  2. Reading Level: Indikator CCI terdiri dari level-level kunci yang membantu membaca kondisi pasar. Level-level ini biasanya adalah +100 dan -100. Ketika CCI berada di atas +100, itu menunjukkan kondisi overbought, yang berarti harga aset mungkin sudah terlalu tinggi dan bisa mengalami pembalikan. Sebaliknya, ketika CCI berada di bawah -100, itu menunjukkan kondisi oversold, yang berarti harga aset mungkin sudah terlalu rendah dan bisa mengalami pembalikan naik.
  3. Divergence: Salah satu cara menggunakan CCI adalah dengan mencari divergensi antara pergerakan harga dan pergerakan indikator itu sendiri. Jika harga aset membuat higher high (puncak yang lebih tinggi), tetapi CCI tidak mengikuti dengan higher high dan malah membentuk lower high (puncak yang lebih rendah), itu bisa menjadi sinyal bearish. Sebaliknya, jika harga aset membuat lower low (lembah yang lebih rendah), tetapi CCI tidak mengikuti dengan lower low dan malah membentuk higher low (lembah yang lebih tinggi), itu bisa menjadi sinyal bullish.
  4. Cross Over: CCI juga dapat memberikan sinyal dengan adanya cross over antara garis nol. Ketika CCI melintasi garis nol dari bawah ke atas, itu bisa menjadi sinyal bullish. Sebaliknya, ketika CCI melintasi garis nol dari atas ke bawah, itu bisa menjadi sinyal bearish.
  5. Perhatikan Overbought dan Oversold: Selain level +100 dan -100, Anda juga perlu memperhatikan level-level ekstrem yang menunjukkan kondisi overbought dan oversold yang lebih ekstrem. Level +200 dan -200 sering kali digunakan untuk menandai kondisi yang lebih berlebihan. Ketika CCI mencapai level tersebut, itu dapat mengindikasikan bahwa harga aset mungkin akan mengalami pembalikan.

Baca juga: Catat! Ini Macam-macam Indikator Momentum Untuk Trading!

Cara Menghitung Nilai CCI

Untuk mencari nilai CCI (Commodity Channel Index), langkah-langkah berikut dapat diikuti:

  1. Tentukan Periode Waktu: Pertama, tentukan periode waktu yang ingin Anda gunakan untuk perhitungan CCI. Ini biasanya diatur sebagai periode 14, tetapi Anda dapat mengubahnya sesuai dengan preferensi Anda atau sesuai dengan strategi trading yang Anda gunakan.
  2. Hitung Harga Typical: Harga Typical adalah rata-rata dari harga tinggi (High), rendah (Low), dan penutupan (Close) dari setiap periode waktu. Rumusnya adalah: Harga Typical = (High + Low + Close) / 3
  3. Hitung Rata-Rata Pergerakan Harga Typical: Selanjutnya, hitung rata-rata pergerakan harga typical dalam periode waktu yang ditentukan. Misalnya, jika Anda menggunakan periode 14, jumlahkan harga typical 14 periode lalu dan bagi hasilnya dengan 14. Ini akan memberikan Anda rata-rata pergerakan harga typical saat ini.
  4. Hitung Deviasi Rata-Rata: Deviasi Rata-Rata adalah pengukuran jarak antara harga typical saat ini dengan rata-rata pergerakan harga typical. Rumusnya adalah: Deviasi Rata-Rata = | Harga Typical saat ini – Rata-Rata Pergerakan Harga Typical |
  5. Hitung Mean Deviasi Rata-Rata: Selanjutnya, hitung mean (rata-rata) dari deviasi rata-rata dalam periode waktu yang ditentukan. Ini melibatkan menjumlahkan semua deviasi rata-rata dalam periode tersebut dan membaginya dengan jumlah periode. Mean Deviasi Rata-Rata = Jumlah Deviasi Rata-Rata / Jumlah Periode
  6. Hitung CCI: Akhirnya, hitung nilai CCI dengan menggunakan rumus berikut: CCI = (Harga Typical saat ini – Rata-Rata Pergerakan Harga Typical) / (0.015 * Mean Deviasi Rata-Rata)

CCI menghasilkan nilai numerik yang menunjukkan perbedaan antara harga aset saat ini dan rata-rata pergerakan harga typical dalam periode waktu yang ditentukan. Nilai positif menunjukkan kondisi overbought, sedangkan nilai negatif menunjukkan kondisi oversold.

Penting untuk dicatat bahwa banyak platform trading dan perangkat lunak charting yang memiliki alat bawaan untuk menghitung dan menampilkan CCI. Oleh karena itu, Anda tidak perlu menghitungnya secara manual jika sudah menggunakan platform atau perangkat lunak yang sesuai.

Cara Trading Menggunakan CCI

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ikuti untuk melakukan trading dengan menggunakan indikator CCI (Commodity Channel Index):

  1. Mengidentifikasi Tren: Sebelum menggunakan CCI, penting untuk mengidentifikasi tren pasar yang sedang berlangsung. CCI dapat memberikan sinyal trading yang lebih andal saat digunakan dalam arah tren yang jelas. Anda dapat menggunakan alat analisis teknis lainnya, seperti moving average atau trendline, untuk mengkonfirmasi tren yang sedang terjadi.
  2. Konfirmasi Sinyal Divergensi: Salah satu cara yang umum digunakan untuk trading dengan CCI adalah dengan mencari sinyal divergensi antara pergerakan harga dan CCI. Jika harga aset membuat higher high (puncak yang lebih tinggi), tetapi CCI tidak mengikuti dengan higher high dan malah membentuk lower high (puncak yang lebih rendah), itu bisa menjadi sinyal bearish. Sebaliknya, jika harga aset membuat lower low (lembah yang lebih rendah), tetapi CCI tidak mengikuti dengan lower low dan malah membentuk higher low (lembah yang lebih tinggi), itu bisa menjadi sinyal bullish. Dalam situasi divergensi, Anda dapat mencari peluang entry yang sesuai dengan arah yang diindikasikan oleh CCI.
  3. Identifikasi Overbought dan Oversold: CCI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought (terlalu banyak pembeli) dan oversold (terlalu banyak penjual). Jika CCI melampaui level +100, itu menunjukkan kondisi overbought, dan jika CCI turun di bawah level -100, itu menunjukkan kondisi oversold. Dalam kondisi overbought, Anda dapat mencari peluang untuk membuka posisi sell (jual), sedangkan dalam kondisi oversold, Anda dapat mencari peluang untuk membuka posisi buy (beli).

Baca juga: Catat! Risk and Reward Ratio dalam Trading Forex

Selalu ingat untuk menerapkan manajemen risiko yang baik dalam trading Anda. Tetapkan stop loss yang sesuai untuk membatasi kerugian jika harga bergerak melawan prediksi Anda. Selain itu, tetapkan target keuntungan yang rasional dan sesuai dengan analisis Anda.

Selain itu, indikator CCI tidak memberikan sinyal trading yang sempurna dan dapat menghasilkan sinyal palsu. Penting untuk menggunakan alat analisis teknis lainnya dan melakukan analisis menyeluruh sebelum mengambil keputusan trading. Selalu gunakan strategi trading yang sesuai dengan gaya dan tujuan trading Anda.

Ingin belajar trading Komoditi ataupun forex? Yuk, buka Jurnal TPFX sekarang dan temukan ilmu trading yang terpercaya! Jangan lupa daftar menjadi trader di sini! TPFx merupakan perusahaan broker forex terpercaya dan diawasi serta diregulasi oleh BAPPEBTI.

image-artikel

Popular Jurnal